Kamis, 24 Oktober 2013

THE DEMONS


Beberapa waktu lalu ketika saya tidak bisa tidur pada dini hari, saya menyalakan televisi dengan harapan masih ada tayangan yang layak menjadi tontonan. Pada akhirnya saya memindah channel televisi yang tiba-tiba memunculkan tayangan mistis yang sampai sekarang pada umumnya masih menjadi andalan stasiun televisi. Saya tertarik menontonnya karena pada waktu itu tampak suatu adegan yang menurut saya cukup konyol untuk ditampilkan pada suatu siaran media yang sering kali mengusung slogan sebagai media informasi yang mendidik bangsa. Waduh, tayangan yang memuat per-hantu-an, kok bisa dibilang mendidik ya? Tapi sudahlah, pikir saya. Wong judulnya saya hanya berusaha mencari hiburan.
Berlokasi di suatu pinggir pantai, dengan suara deburan ombak yang berada di sekelilingnya, dan pasir putih, tampak adegan di tayangan tersebut, seorang mediator, istilah orang yang dirasuki roh halus oleh seorang yang tampak seperti ustad. Artinya ada seorang yang mengenakan kopiah, baju koko, kain sorban.. kan ini tampak seperti seorang pemuka agama, mengeluarkan jurus-jurusnya yang menangkap suatu makhluk astral kasat mata dan dirasukan pada seorang mediator. Kemudian, tampak seorang pewawancara yang menceritakan bahwa arwah yang merasuki mediator tersebut adalah orang yang dianggap dituakan pada dunia per-arwah-an di daerah tersebut. Dengan menggunakan bahasa jawa, dari sekian banyak pertanyaan yang disampaikan oleh mbak pewawancara, ada yang menurut saya cukup membuat saya terkekeh geli di dini hari sepi di ruang tivi rumah saya. Bukan suatu tayangan mistis, seperti yang diharapkan stasiun televisi yang menayangkan siaran tersebut. bahkan menurut saya, tayangan ini merupakan lawakan paling orisinal yang pernah saya tahu.
Mbak pewawancara menanyakan tentang orang yang ngalap berkah pada orang yang telah dirasuki oleh arwah tersebut, “Mbah, bagaimana dengan orang yang biasa mencari pesugihan di sini? Apakah banyak?”
Sang hantu menjawab, “Iyo, akeh sing mrene nggolek pesugihan”
Mbak pewawancara, “Apakah benar, mbah sanggup memberikan harta kekayaan kepada mereka?”
Sang hantu menjawab kembali, “Sing iso menehi pesugihan kuwi mung Sing Kuwoso.”
Hehehehe.. kurang lebih begitu. Dan hal tersebut, ditanyakan sekitar 3 kali oleh mbak pewawancara kepada mediator arwah tersebut. Lebih aneh lagi, ketika sang hantu menjawabnya bukan dengan kata iya, bukan atau lainnya, melainkan langsung mengungkapkan bahwa yang memberi kekayaan adalah Yang Maha Kuasa. Lha wong hantu kok bisa membuat suatu retorika… hehehe.. kocak kan.. Artinya sang hantu tidak mau secara eksplisit mengemukakan secara detail bahwa mungkin jika ada orang ngalap berkah, dan mendapat kekayaan, maka pada akhirnya hanya akan membawa malapetaka. Ini yang ngomong bukan saya lho, melainkan sang hantu itu.
Pada dasarnya saya ini terdidik secara alamiah menjadi orang yang skeptis. Sehingga tentang hal hantu tersebut, saya merasa antara percaya dan tidak percaya. Entahlah.. bingung.. saya percaya bahwa ada makhluk kasat mata tersebut. wong si mbak pewawancara menanyakan juga pada hantu itu, dan dijawab, “kami ini biasa kalian sebut sebagai jin.”. Namun untuk mempercayai lebih dari itu, seperti nya kok susah. Artinya ketika ingin percaya bahwa mereka bisa membuat kita sakti atau hal-hal selain itu, rasanya masih susah. Kultur keluarga saya yang kental dengan budaya Jawa dan Islam, justru membuat saya lebih paham dengan hal-hal spiritual seperti itu. Tapi untuk percaya, saya mikir dulu ya… namun masih anehnya lagi, ketika masih ada ajah orang yang mencari hal-hal begituan dengan sistem ekstrem, artinya instan. Waduh.. hari gini.. mana ada yang cepet-cepet dan gratis. Sebenarnya kan Tuhan memberi kelebihan manusia sebagai makhluk yang bisa berpikir. Harusnya dengan hal demikian, bisa mikir dunk, kenapa kita nggak minta pada Yang Maha Kuasa, yang menciptakan semua nya, malah meminta kepada sesama makhluk yang notabene semua makhluk itu punya peluang nafsu untuk oportunis. Haddeeww.. pusing kan. Hidup ini ajah dah pusing, kok malah cari perkara untuk lebih pusing lagi.

ESIO TROT (Aruk-aruk)



Binatang yang sebenarnya tokoh utama dalam buku cerita ini, bahkan tidak perlu membuat cerita tambahan. Karena yang menjadi tokoh kisah dalam buku ini adalah seorang jejaka tua yang sedang jatuh cinta pada perempuan paruh baya yang tinggal di bawah apartemen sang jejaka tua tersebut. Kura-kura hanya akan menjadi suatu benang merah yang akan melatarbelakangi kisah cinta sang jejaka tua.
Pada catatan sang penulis diawal buku, memberikan ilustrasi tentang permulaan ide yang muncul dari tema kura-kura tersebut. Bagaimana kura-kura menjadi binatang yang cukup digemari sebagai binatang peliharaan. Bahkan proses perdagangan kura-kura di Inggris, juga sekilas diceritakan.
Sebenarnya cukup membingungkan tentang kategori bacaan, karena ini menyangkut hubungan percintaan antara dua orang dewasa dan kura-kura sebagai media perantara mereka. Mungkin buku cerita ini cocok dibaca oleh anak usia 12 tahun ke atas. Ketika emosi anak mulai mengenal lawan jenis dan rasa yang melingkupinya.
Kisah tentang Mr. Hoppy tinggal di sebuah apartemen kecil, tinggi di dalam bangunan beton. Ia tinggal seorang diri. Dari dulu, dia selalu kesepian dan sejak pension dari pekerjaannya, dia lebih kesepian lagi. Ada 2 hal yang dicintai Mr. Hoppy dalam hidupnya. Salah satunya adalah bunga-bunga yang ditanamnya di balkon apartemen. Bunga-bunga itu tumbuh dalam pot, tong kayu, juga keranjang dan pada musim panas balkon mungil itu bermandikan warna-warni indah. Hal kedua yang dicintai Mr. Hoppy merupakan rahasia yang disimpannya sendiri.
            Balkon yang persis di bawah balkon Mr. Hoppy lebih menjorok keluar sedikit daripada yang ditempatinya, maka Mr. Hoppy selalu dapat melihat pemandangan dan kegiatan yang terjadi di bawahnya dengan jelas. Balkon milik wanita paruhbaya yang menarik bernama Mrs. Silver. Mr. Silver janda yang juga tinggal seorang diri. Dan walaupun ia tak menyadarinya, dialah yang diam-diam dicintai Mr. Hoppy. Mr. Hoppy mencintainya diam-diam dari balkonnya selama bertahun-tahun, tapi Mr. Hoppy amat pemalu dan tak pernah sanggup member sedikit saja petunjuk bahwa ia mencintai Mr. Silver.
            Setiap pagi Mr. Hoppy dan Mrs. Silver bertukan sapa dengan sopan, yang satu menatap ke bawah, yang satu lagi menatap ke atas, tapi hanya begitu. Jarak di antara balkon-balkon mereka mungkin tak sampai beberapa meter, tapi bagi Mr. Hoppy rasanya seperti berjuta-juta kilometer. Ia ingin sekali mengundang Mrs. Silver ke apartemennya untuk minum teh dan makan biscuit, namun setiap kali ia hendak merangkai kata-kata ajakan, keberaniannya menguap. Seperti yang kukatakan tadi, ia pria yang amat sangat pemalu (hal 12).
Mr. Hoppy mengkhayalkan, kalau saja dia dapat melakukan sesuatu yang menakjubkan seperti menyelamatkan nyawa wanita itu, atau menolongnya dari sekelompok perampok bersenjata, kalau saja dia dapat melakukan hal yang luar biasa sehingga membuatnya bagaikan pahlawan di mata wanita tersebut. Kalau saja..
            Masalahnya, Mrs. Silver telah memberikan seluruh cintanya pada makhluk lain, dan makhluk itu adalah kura-kura kecil bernama Alfie. Setiap hari, bila Mr. Hoppy menatap ke bawah melalui balkonnya dan melihat Mrs. Silver membisikkan kata-kata sayang pada Alfie serta mengelus batok kura-kura itu, ia menjadi sangat cemburu. Ia bahkan tidak keberatan menjadi kura-kura jika itu yang harus dilakukan untuk mendapatkan bisikan sayang dan elusan di batoknya dari Mrs. Silver setiap pagi (hal 15)
            Hingga suatu ketika, di suatu pagi yang cerah di bulan Mei, saat terjadi suatu yang mengubah dan jelas menyentakkan kehidupan Mr. Hoppy. Di pagi itu Mrs. Silver, mengharapkan bahwa Alfie si kura-kura akan tumbu lebih cepat. Mrs. Silver selalu menimbang Alfie pada timbangan kue pada saat Alfie bangun dari tidur di musim dinginnya. Setelah dipelihara dalam kurun waktu tiga belas tahun, kenaikan berat Alfie tidak lebih dari tiga ons dan nyaris tidak bertambah sama sekali. Mr. Hoppy berpendapat pada Mrs. Silver bahwa kura-kura memang lambat tumbuh, namun mereka bisa hidup seratus tahun. Mrs. Silver tetap berharap bahwa Alfie dapat tumbuh sedikit lebih besar.
            Kemudian benak Mr. Hoppy berputar seperti roda mesin. Ini jelas kesempatan besar baginya. Mr. Hoppy mengatakan pada Mrs. Silver bahwa dia tahu bagaimana cara membuat kura-kura tumbuh lebih cepat. Mr. Hoppy menyatakan bahwa ia pernah bekerja di Afrika Utara dimana kura-kura di Inggris ini berasal. Lalu ada seorang pria dari suku pedalaman memberitau rahasia. Mrs. Silver sangat senang sekali, hingga Mrs. Silver memohon pada Mr. Hoppy untuk memberitaunya. Mrs. Silver bahkan bersedia menjadi pelayan Mr. Hoppy seumur hidup. Saat Mr. Hoppy mendengar kata-kata menjadi pelayan seumur hidup, getar kebahagiaan merayapi tubuhnya.
            Lalu dimulailah trik Mr. Hoppy untuk membuat kura-kura peliharaan Mrs. Silver menjadi besar. Pertama, Mr. Hoppy memberikan mantra kepada Mrs. Silver. Dalam secarik kertas tersebut, Mrs. Silver harus membisikkan mantera itu pada Alfie dengan cara mengangkat Alfie sejajar dengan wajah Mrs Silver, dan membisikkan kata-kata itu tiga kali sehari, yaitu pagi, siang dan malam.
            Saat kembali ke apartemennya, Mr. Hoppy mulai menjalankan trik yang lain. Mr. Hoppy pergi dan membeli selembar kanvas tebal dan menggelarnya ke seluruh permukaan ruang duduk untuk menutupi karpet. Kemudian ia mengeluarkan buku telepon dan mencatat semua toko binatang yang ada di kota. Empat belas toko semuanya. Mr. Hoppy membutuhkan dua hari untuk mengunjungi seluruh toko binatang itu dan memilih kura-kua. Ia menginginkan banyak kura-kura, minimal seratus, mungkin lebih. Dan ia harus memilih mereka dengan seksama. Alfie memiliki batok berwarna gelap, maka Mr. Hoppy hanya memilih kura-kura yang batoknya berwarna lebih gelap untuk koleksi besarnya. Ukuran, tentu, sangat penting. Mr. Hoppy memilih berbagai ukuran, beberapa hanya sedikit lebih besar daripada Alfie yang beratnya tiga belas ons, beberapa jauh lebih besar, tapi Mr. Hoppy tak menginginkan yang beratnya kurang dari tiga belas ons. Oleh pemilik toko binatang, Mr. Hoppy diberitahu makanan binatang itu adalah kubis dan semangkuk air. Ketika selesai, Mr. Hoppy, karena sangat antusias, ternyata membeli tidak kurang dari 140 kura-kura dan ia membawa pulang dalam beberapa keranjang, sepuluh atau lima belas keranjang sekali jalan. Kemudian, Mr. Hoppy membuat dua cakar atau jari-jari besi, dan kedua cakar ini ia pasang di ujung pipa besi panjang. Ia memasukkan dua kawat tipis ke dalam pipa dan mengaitkannya dengan kedua cakar tadi sedemikian rupa sehingga jika ia menarik kawatnya, maka cakar-cakar itu mengatup, dan jika ia mendorongnya, cakar-cakar itu terbuka. Kawat-kawat tersebut dihubungkan dengan gagang di ujung pipa yang lain.
            Mrs. Silver bekerja paruhwaktu. Ia bekerja dari pukul 12.00 hingga pukul 17.00 setiap hari kerja di toko yang menjual surat kabar dan permen. Ini membuat aksi Mr.Hoppy jauh lebih mudah dilakukan.
            Maka pada siang pertama yang menegangkan itu, setelah yakin Mrs. Silver sudah pergi ke tempat kerjanya. Mr. Hoppy keluar menuju balkonnya, bersenjata pipa besi panjang. Ia menyebut alat itu penangkap kura-kura. Alfie sedang berjemur di bawah sinar matahari yang pucat pada satu sisi balkon. Dengan alat itu, Alfie dengan mudah dicapit dan diangkat ke balkon Mr. Hoppy, dan mengganti Alfie dengan kura-kura yang agak lebih besar sedikit. Dengan perhitungan yang cermat, Mrs. Silver tidak menyadari bahwa kura-kura yang sedang bersamanya itu bukanlah Alfie. Yang terlihat oleh Mrs. Silver, Alfie semakin hari semakin bertambah besar, sehat dan selalu makan lebih lahap dari biasanya. Mrs. Silver beranggapan bahwa tubuh besar kura-kura yang ada bersamanya karena mantera yang setiap hari dibisikkan padanya. Mr. Hoppy terus menerus menukar kura-kura tersebut hingga akhir minggu ke delapan.  Mrs. Silver kemudian menimbang kura-kura yang sedang bersama tersebut. Ternyata beratnya dua puluh tujuh ons. Mrs. Silver gembira sekali dengan perkembangan kura-kuranya. Mrs. Silver merasa berterimakasih sekali dengan keajaiban yang dilakukan oleh Mr. Hoppy. Ia bermaksud mengundang Mr. Hoppy minum teh di sore hari itu. Hingga muncullah keberanian Mr. Hoppy untuk mengajak Mrs. Silver menikah. Mrs. Silver tidak mengira bahwa Mr. Hoppy akan meminta menikah dengannya. Mrs. Silver bersedia menikah dengan Mr. Hoppy. Mr. Hoppy juga berjanji akan memelihara Alfie selamanya.
Esok sorenya, Mr. Hoppy mengembalikan semua kura-kura yang lain kepada para pemilik toko binatang dan mengatakan bahwa mereka boleh mengambil semua binatang itu dengan gratis. Mr. Hoppy membersihkan ruang duduknya, tak meninggalkan sedikitpun bekas kubis atau jejak kura-kura. Beberapa minggu kemudian Mrs. Silver menjadi Mrs. Hoppy dan keduanya hidup amat bahagia selamanya.
Pada penutup buku ini, dikisahkan bahwa Alfie kecil, si kura-kura asli peliharaan Mrs. Silver dibeli oleh seorang gadis kecil bernama Roberta Squibb dari toko binatang peliharaan. Roberta merawat Alfie dengan baik. Kejadian ini sudah lama sekali, Roberta sekarang telah dewasa dan memiliki dua orang anak, tapi Alfie masih tetap bersamanya. Begitu lama yang dibutuhkan Alfie untuk tumbuh dua kali lipat lebih besar daripada sewaktu ia bersama Mrs. Silver. Namun akhirnya Alfie menjadi besar juga.

Judul : Esio Trot (Aruk-Aruk)
Penulis : Roald Dahl
Ilustrasi : Quentin Blake
Penerjemah : Poppy Damayanti Chusfani
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2006

Resensi ini diikutsertakan dalam Fun Year With Children's Literature

Kamis, 26 September 2013

THE RAILWAY CHILDREN

Penulis : Edith Nesbit Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama Tebal : 312 halaman ISBN : 978-979-22-5257-6 Tahun Terbit : cetakan kedua, 2010 Berlatarbelakang awal kehidupan di abad 20, kehidupan keluarga yang mempunyai 3 orang anak yaitu, Roberta, Peter dan Phyllis yang tinggal berkecukupan di Vila Edgecombe, pinggiran kota London, Inggris. Rumah yang pada awalnya memiliki perabotan lengkap, disini oleh pengarang digambarkan sebagai rumah biasa berdinding bata merah, yang kaca pintu depannya berwarna-warni, dengan sebuah selasar luas berlantai ubin yang disebut hall-ruang tamu- kamar mandi berkeran air panas dan dingin, bel listrik, jendela-jendela panjang seperti pintu yang menghadap ke kebun, dengan cat putih di mana-mana dan “segala perlengkapan modern” –begitu yang dikatakan oleh agen penyewaan rumah. (hal 7) Tentunya dengan beberapa pelayan, juru masak dan tukang kebun. Kegiatan anak-anak hanya bermain, sekolah dan kegiatan menyenangkan lainnya. Seperti berkunjung ke museum, kebun binatang dan sebagainya. Sang Ayah bekerja pada Kementerian Luar Negeri. Kemudian Ayah tiba-tiba menghadapi masalah yang terungkap di akhir bab, maka Ibu dan 3 anak ini terpaksa pindah ke sebuah desa, meninggalkan semua kemewahan yang selama ini dijalani. Kemudian menempati sebuah pondok kecil yang dikenal oleh penduduk sekitar desa dengan sebutan Pondok Tiga Cerobong. Awal perpindahan mereka terpaksa merasakan hal yang jauh berbeda dengan kehidupan di kota. Ketidakmampuan Ibu untuk menyekolahkan mereka, maka sebagai sarana hiburan, mereka bermain di stasiun yang tidak jauh dari tempat tinggal mereka. Alih-alih mereka bersedih karena merasa tertimpa musibah karena Ayah mereka sedang “pergi jauh”, dari stasiun ini mereka mengalami petualangan yang cukup seru. Mereka juga mulai mengerjakan rumah tangga sendiri. Seperti saat Ibu mereka sakit (hal 68). Maka ketiga anak ini mulai mencuci baju, menata tempat tidur masing-masing dan sebagainya menjadi hal yang mengasyikan. Seperti tindakan mencuci batubara dari persediaan kereta di stasiun untuk perapian di rumah, yang diistilahkan Peter sebagai kegiatan “menambang batubara” (hal 28). Mulailah mereka berkenalan dengan beberapa pegawai stasiun, Kepala Stasiun dan Pak Perks, portir stasiun. Diceritakan pula ketika mainan lokomotif Peter yang rusak dan belum sempat diperbaiki oleh Ayah karena terlanjur “pergi jauh”, maka Roberta berinsiatif untuk membawanya pada seorang masinis dalam kereta yang sedang melaju. Karena Roberta berpikir bahwa seorang masinis pasti bisa memperbaiki mainan kesayangan Peter tersebut. Untungnya ada kondektur kereta yang berbaik hati mampu memperbaiki mainan lokomotif tersebut. Petualangan berlanjut saat mereka secara tidak sengaja melambai pada kereta yang sedang melaju pada setiap pukul 09.15, yang tidak diduga memunculkan seorang teman, yang disebut oleh mereka sebagai Pak Tua. Pak Tua inilah yang nanti akan menjadi tokoh yang membantu meringankan beban Ibu ketika sakit, membantu menemukan anak dan istri orang Rusia yang sedang terkena sial karena kehilangan identitas dan tidak bisa berbahasa Inggris, bahkan hingga membantu Ayah kembali. Secara tidak langsung, peran Pak Tua menjadi bagian penting dari kehidupan Roberta, Peter dan Phyllis. Petualangan ketiga anak ini tidak melulu hanya pada seputaran stasiun dan kereta. Mereka juga menjelajahi kanal yang tidak jauh juga dari Pondok Tiga Cerobong. Bahkan mereka mampu menyelamatkan seorang bayi yang berada pada sebuah kapal yang terbakar karena tidak sengaja sang pemilik membersihkan pipanya dengan ceroboh, sisa bara di dalam pipa tepercik, jatuh ke karpet di depan perapian, menghanguskannya dan akhirnya membuat perahu tersebut terbakar (hal 179). Belum lagi kejutan ulang tahun Pak Perks. Niat baik ketiga anak ini, awalnya mendatangi seluruh penduduk desa untuk meminta bantuan merayakan ulang tahun Pak Perks. Namun tidak mudah mendapat bantuan tersebut (hal 186). Pak Perks juga salah paham tentang hadiah tersebut, Pak Perks justru merasa terhina dengan bantuan yang diberikan beberapa penduduk desa tersebut. Namun setelah dijelaskan dengan susah payah oleh 3 anak tersebut dibantu Bu Perks, Pak Perks dapat menerima barang-barang tersebut sebagai hadiah ulang tahun tersebut. The Railway Children diterbitkan pertama kali tahun 1906, dan bahkan pada tahun 1970 pernah diadaptasi menjadi film televisi. Sebagai novel yang dikategorikan bacaan anak-anak, agak dirasa ironis ketika novel ini merupakan penggambaran aturan-aturan di Inggris yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, ataupun gambaran yang tidak ideal terhadap kehidupan anak-anak pada waktu itu. Misalnya saja, ketika pada cerita sang Ayah yang pergi karena ternyata bekerja sebagai agen pemerintah, mungkin dianggap sebagai perwujudan dari perasaan Edith Nesbit yang kehilangan ayahnya ketika dirinya masih berusia 4 tahun. Buku ini sepertinya baik dibaca untuk anak-anak usia awal 7 tahun atau lebih. Karena memang pada dasarnya memang bersifat petualangan dan kasih sayang orang tua. Oleh karena itu, terlepas dari kesedihan dibalik cerita, novel ini cukup memberikan penghiburan pada petualangan yang dialami anak-anak kereta api tersebut. Pesan moral untuk selalu survive pada segala keadaan hidup dan untuk selalu bersemangat menghadapi segala kemungkinan buruk yang terjadi, bahwa setiap kesulitan akan menunjukkan kemudahan pada suatu ketika kelak. -Review ini diikutsertakan dalam Fun Year with Children's Literature

Sabtu, 15 Juni 2013

Trying Something

Kali ini saya mencoba untuk lebih serius. Dalam artian, saya mulai dengan membuat catatan barang masuk dan keluar. Setidaknya saya masih bisa mengontrol terhadap pengeluaran dana yang seharusnya menjadi modal dan keuntungan bisnis yang sedang saya rintis ini. Berawal dari melihat status teman SMP saya di wall FB nya. Tentang sebuah bisnis MLM yang memang selama ini saya juga membeli dari teman saya di kantor. Beberapa product memang cocok dengan saya. Namun yang saya tertarik, karena saya sedang mencoba menantang diri saya sendiri untuk lebih konsisten terhadap bisnis saya ini. Dulu ketika saya jual pulsa, mungkin tidak terasa keuntungannya karena barang yang saya jual merupakan barang yang cepat sekali habisnya, dan keuntungannya yang diterima sedikit sekali. Walaupun jika ditekuni secara mendalam, pasti akan menguntungkan. Namun, bagi saya yang senang sekali menggunakan uang dagang untuk kegiatan yang lain, maka bisnis pulsa bukan hal yang cocok bagi saya. Melihat dari feng shui, memang saya tidak cocok dengan usaha makanan. Bukan percaya pada hal tersebut, melainkan setelah saya pikir, saya memang tidak berbakat jika menggeluti dunia kuliner tersebut. Selain tipikal saya yang moody, kadang saya terbentur dengan kesempurnaan saya untuk menjual semua product. Padahal tentunya, dalam ilmu dagang, bukankah kadang ada barang yang dapat dijual dan kadang terdapat barang yang tidak laku. Lha kalau saya jualan makanan, yang ada kalau ada makanan sisa dan basi, pasti saya akan merasa sangat bersalah sekali. Dan seperti kondisi tersebut akan tidak bagus bagi perkembangan jiwa saya, mudah sekali stress dengan keadaan yang menurut saya tidak seperti yang saya bayangkan. Dengan berbekal rasa semangat dari FB teman SMP saya tersebut, saya memberanikan diri untuk mendaftar menjadi member pada MLM tersebut. Mungkin karena memang kesempatan datang, berdasarkan kebutuhan saya sendiri terhadap product tersebut, maka akhirnya saya bertekad untuk serius mendalami penjualan tersebut. Belum lagi ketika mendengar kabar, bahwa ibu mertua saya berhasil mendapatkan kios baru. Saya sedang menjajagi kemungkinan bisa menitipkan sedikit product saya untuk dijual disitu… hehehe.. Selain ketika teman kantor yang mengundurkan diri dari bisnis MLM, sehingga pelanggannya dapat dialihkan kepada saya. Belum lagi, dari upline saya, saya masih dianggap meneruskan orang lamanya yang tidak meneruskan bisnis ini juga. Begitu banyak kemudahan yang saya anggap mungkin ini merupakan mukzijat Tuhan, agar saya bisa dengan semangat memulai bisnis MLM ini. Karena ini merupakan kali pertama saya menekuni secara serius, jadinya saya lebih berhati-hati lagi untuk membelanjakan uang dari hasil penjualan barang tersebut. Tapi sesungguhnya pengeluaran saya kali ini bukan untuk diri saya sendiri, melainkan memang diperuntukkan bagi kebutuhan rumah tangga. Saya memang kudu membayangkan dapat mendapat bonus yang besar, sehingga kemauan saya untuk displin menjadi lebih semangat lagi. Cuma kadang yaa.. itu kalau kambuh moody nya, emang harus selalu memompa semangat bagi diri sendiri deh.. Belajar displin dan konsisten, sebenarnya hanya konsep itu saja yang belum pernah saya terapkan dengan sungguh-sungguh. Alhasil, malah jadinya saya mulai belajar marketing. Suatu hal yang dulu saya tidak pernah saya bayangkan untuk bisa memulainya. Sekarang ini dengan kondisi kebutuhan yang memang saya semakin rawan harus meningkatkan income untuk mempersiapkan biaya hidup anak saya. Mengandalkan suami saja, sepertinya bukan tipe saya, sehingga memang saya harus berpikir lebih untuk hal tersebut. Sehingga saya harus belajar untuk bisa memasarkan.

Attitude and Cooperation

Menurut saya, core departemen tempat saya bekerja ini, sebenarnya merupakan tempat yang paling kudu bisa mengedepankan sistem komunikasi dan koordinasi yang paling cepat, akurat dan efektif. Kebetulan saya ini berada di sebuah departemen yang memang seharusnya orang-orang yang di dalamnya bener-bener paham tentang makna saling terbuka tentang peran dan tanggung jawab personel dalam sebuat team. Tentunya dalam setiap pekerjaan, yang namanya team merupakan kesatuan dari beberapa orang yang merujuk pada suatu tujuan. Kalau di perusahaan tempat saya bekerja ini, divisi pembelian tentunya berkaitan dengan kepuasan user alias customer yang menjadi pelanggan kita. Kalau di perusahaan yang masih dalam bentuk project begini, tentunya hanya berkaitan dengan sesama departemen saja, sebutlah misalnya departemen maintenance and heavy equipment, mengajukan permohonan permintaan barang pembelian mur dan baut. Proses pembeliannya pun bisa memerlukan waktu, misalnya masih kudu mengerti benar spesifikasi barang. Nah, disinilah gunanya komunikasi. Koordinasi disini penting karena berkaitan dengan kebutuhan user yang emang menunjang kegiatan produksi di pabrik sana. Selain itu, komunikasi dengan sesama rekan kerja. Menurut saya, yang namanya sebuah team, yang namanya ngobrol antara sesama rekan satu team itu merupakan hal yang paling penting. Saya sebenarnya sangat paham sekali bahwa setiap orang tentunya mempunyai karakter, visi dan sikap individual. Saya menyadari benar, ketika teman kerja saya mempunyai misalnya, sifat egois, tidak bisa diperintah atau bahkan tidak bisa bekerja dalam sebuah team. Artinya memang dia lebih suka bekerja sendiri. Tapi tetep dunk dalam batas kewajaran. Artinya kita ini merupakan team yang .. helloo.. ada orang lain juga di situ juga. Kalau Cuma bilang selamat pagi dan pamitan pulang ajah susah banget untuk ngomong, lha buat apa masuk dalam sebuah divisi yang notabene kudu ngomong tiap hari. Emang bener sih, hubungan kita cuma dengan supplier dan user. Tapi mbok ya nyadar, di ruangan itu ada makhluk-makhluk Tuhan yang bisa diajak berkomunikasi dengan baik. Bisa hanya menyapa ringan, say hello, atau berkomentar ringan. Kecuali kalau emang dirinya sakit permanen, trus kemudian tidak menyapa teman-teman di sekelilingnya yang merupakan satu keluarga. Ya ampuun.. mending dirinya resign ajah, daripada membuat kekompakan satu team menjadi bubar. Pernah mikir nggak sih, siapa yang mengerjakan tugasnya klo dirinya cuti atau sakit atau sekedar lagi nggak mood kerja. Pernah mikir nggak, koordinasi itu tidak hanya dengan atasan saja melainkan juga dengan rekan-rekan sekitarnya. Yang ada ketika hanya diam dan pasif, tanpa ada keterangan apapun, mending dirinya cuti panjang atau resign sekalian. Pernah mikir nggak sih, kalau sikap itu merupakan hal yang paling banyak berkaitan dengan tim kerja, hubungan antar karyawan dan saling menghargai sesamanya. Bahkan perusahaan biasanya akan lebih mempertahankan karyawan yang menghargai orang laen, optimis dan mampu bekerja sama dibanding dengan yang bekerja baik namun punya perilaku aneh. Suer, saya sungguh tidak bisa mengerti dengan jalan pikirannya ketika istilahnya kalau orang lokal bilang kapal kayu, artinya orang yang tidak mau bertegur dengan rekannya. Masak kerja modelnya kudu disuruh melulu oleh atasan, tidak ada inisiatif untuk memulai sesuatu. Bekerja dimanapun pasti tidak akan lepas dari suatu team kerja. Bahkan suatu perusahaan kadang sangat berpengaruh antara kerjasama dan semangat dalam suatu team. Sekalipun hanya satu departemen saja. Karyawan yang bisa bekerja sama dengan siapapun, menjadi poin penting yang diperhitungkan. Sebenarnya dirinya itu mikir nggak sih, bahwa tidak ada keberhasilan per orang, melainkan yang ada keberhasilan team. Bahkan dia tidak menyadari ketika banyak pekerjaannya yang diambil alih oleh orang lain, terlihat bahwa sebenarnya dirinya tidak capable di bidang kerja nya tersebut. Pernah nyadar nggak sih, bahwa proses kinerja nya selama ini, diamati terus oleh pimpinan. Walaupun tetap berorientasi pada hasil yang diperoleh, namun cara yang dilakukan untuk meraih hasil yang maksimal pun, sepertinya juga menjadi pertimbangan penilaian atasan. Mikir nggak sih, ketika sekarang berada di jaman dimana banyak orang yang berebut kerja dan kadang melakukan apapun untuk bisa mendapatkan pekerjaan tersebut, bisa ajah kan sewaktu-waktu posisinya bakal digeser. Tidak melulu menjadi orang yang harus cerewet atau miss gaul kalau istilah ponakan saya. Melainkan hanya memaafkan dengan cepat, kemampuan kecepatan untuk menyelesaikan masalah, salah persepsi, dendam dikerjai rekan, padahal emang tidak bermaksut mengerjai, hanya sebatas salah paham saja, dan konflik pun sehingga suasana kerja menjadi nyaman kembali. Mikir nggak sih, kalau hidupnya itu tidak sendirian di situ. Mikir nggak sih, ketidaknyaman suatu team akan berpengaruh pada kelangsungan bisnis perusahaan. Tau juga sih, kalau rasa dendam hanya akan membuat kita lelah dan tidak mampu berpikir positif. Jadi jangan marah kalau saya mendoakan bahwa rekan yang nyebelin, suatu ketika akan kena batunya sendiri.. hehehe..

Minggu, 19 Mei 2013

About The Ex

Berikut tentang beberapa kalimat yang waktu lalu saya rangkum dari Kulwit Alberthiene Endah, tanggal 09 Maret 2013. Salah seorang penulis favorit saya, yang saya follow twitter-nya diantara penulis favorit saya lainnya. Begini Alberthiene Endah menulis : 1. Banyak banget ya, tips menjelang nikah. Jarang ada tips menjelang cerai 2. Menurutku orang yang sukses dalam percintaan bukan yang awet sama seseorang. Tapi orang yang tidak pernah membenci dan dibenci mantan-mantannya. 3. Mantan itu “tempat belajar”. Belajar tau jeleknya kita. Belajar mengerti jeleknya pacar. 4. Mantan juga tempat “berlari”. Bayangannya Cuma kita yang tahu enaknya untuk diapain. 5. Fisiknya mantan. Bayangannya nggak. Itu yang terjadi pada yang susah move on. 6. Mantan juga tempat mengukir. Tentang seberapa sanggup menyuruh pikiran kita untuk lupa. 7. Mantan itu nggak perlu dilupain. Karena orang-orang yang indah memang ditakdirkan untuk teringat. 8. Sebagaimana pikiran kita mampu menyimpan banyak hal, begitu pula ruang hati terhadap mantan. Tak perlu diusir, karena memang mereka pernah ada di sana. 9. Bagaimanapun juga, meskipun sekarang sejauh matahari, dulu dia pernah sedekat nadi. That’s all. Ehhmmm, okay. Jlleebbbb…. Kultwit tersebut sempat menohok telak bagi saya. Karena memang mungkin saya sendiri sampai sekarang masih belum bisa move on, dari 3 sosok lelaki yang pernah dekat dengan saya. 1 orang adalah mantan, 1 orang adalah selingkuhan abadi dan 1 orang adalah kasih tak sampai saya. Gile bener kan. Padahal mereka semua mungkin sudah tidak peduli lagi dengan saya. Bahkan saya sempat berpikir, jangan-jangan mereka pun sudah lupa dengan saya. Hihihi.. betapa saya ini tampak sangat mengenaskan sekali bukan. Namun tidak bisa saya pungkiri, saya sering bermimpi tentang mereka. Macem-macem ceritanya. Dari mulai jalan ke mall, jalan di padang rumput, ketemu di ruang bandara dll. Uniknya dalam mimpi tersebut, sosok suami saya pun selalu menyertai saya. Setiap kali saya bangun tidur dengan mimpi aneh tersebut, saya selalu merasa geli. Saya bisa mengenang kembali mereka yang pernah sedekat nadi tersebut. Lucu sekali pikir saya. Saya berharap suatu saat, saya bisa melepaskan mereka semua dengan lega. Mungkin butuh waktu untuk lebih sibuk dari sekarang ini untuk bisa tiba-tiba memandang mantan tersebut sebagai bagian hidup. Kadang pikiran saya sering menghadirkan bayangan mereka, untuk sejenak istirahat dari hiruk pikuk suasana hati saya. Namun sungguh, saya terlalu penakut untuk selalu berdekatan kembali secara nyata dengan mereka. Kecuali dengan orang kisah tak sampai saya itu. Masih aman, karena kebetulan dia bisa menjaga kenangan saya pada tempatnya. Dia menikah atau tidak pun, tidak memberitau saya. Hehehe.. jadi makin cinta deh padanya.. saya menganggap dia bijaksana dalam menyikapi saya yang berulang kali menyatakan cinta padanya dulu.. Tapi untuk mantan dan selingkuhan abadi saya, saya belum bisa mendekat kembali. Bahkan hingga account FB dan email nya, saya hapus. Demi menjaga kenangan indah saya tentang mereka pada tempatnya. Kebetulan mereka semua telah menikah pula. Saya terlalu takut untuk cemburu..hehehe.. Mungkin memang begitulah sifat saya yang tidak pernah bisa untuk terlalu dalam merasakan sakit. Menjauh dari bagian yang menurut saya bagian yang harus dikubur dalam. Bagi saya, dengan mengingat hal-hal yang indah, akan memompa semangat saya meraih hal-hal yang lebih baik lagi. Mengafirmasi bahwa saya bisa berkreasi dan optimis menjalani hidup. Makanya untuk mendekati mantan, saya lebih sering berpikir milyaran kali deh. Cukup mengakhirkan kisah cinta yang sedemikian kocak itu indah pada waktunya. Menjadikan bahwa semuanya harus selesai, tuntas disitu saja. Cukup dengan keindahan bayangannya saja yang kadang saya pikir, akan mengabur dengan sendirinya. Entah kapan. Pada masanya, kelak. Karena sampai sekarangpun, saya memang belum sanggup untuk bisa lupa. Merasakan bahwa sungguh, hal yang aneh ketika dulu dengan polosnya saya bisa menyerahkan hati, rasa dan jiwa. Untungnya Tuhan mempertemukan dengan suami saya, yang memang saya rasa pas untuk memahami tentang semuanya pada diri saya ini. Jadi ketika menikah pun, saya tidak merasa kehilangan jati diri dan pemikiran saya. Dan kebetulan sungguh merupakan hal menyenangkan ketika saya masih bisa melakukan hal-hal di "me time" seperti biasanya.

Senin, 25 Februari 2013

Setiap Tempat Punya Cerita [Arifah Erlisdyanah]

Judul : Pantai Nusakambangan, Kabupaten Cilacap
Niatnya memang penelitian dengan 3 dosen dan 2 orang teman baru. Sekitar tahun 2005 yang lalu. Selama waktu satu setengah minggu di tempat penelitian, yang kebetulan kita mengambil tempat di Kabupaten Cilacap, tentunya kurang afdol jikalau tidak berkunjung ke Nusakambangan yang terletak di selatan Kabupaten Cilacap. Akhirnya pada waktu luang, disela tugas melakukan penelitian tersebut kami berencana mengunjungi Nusakambangan. Dari pelabuhan Cilacap, kita menaiki kapal Ferry selama 15 menit. Sebagai tempat yang terkenal sebagai penjara bagi orang-orang yang telah melakukan kejahatan kelas berat. Lembaga pemasyarakatan yang terkenal sebagai tempat high security di Indonesia. Pada waktu itu, kami dipandu untuk berkeliling pulau selama 4 jam. Oleh pemandu dijelaskan tentang macam-macam rumah tahanan yang terdapat di Nusakambangan. Misalnya rutan batu, rutan kembang kuning dan beberapa lagi yang saya lupa namanya. Pada waktu itu, penghuninya masih terdapat Tommy Suharto, Amrozi dan penjahat terkenal lainnya. Nusakambangan yang memang disetting sebagai tempat lembaga pemasyarakatan, memang sekilas tampak menyeramkan. Suasana yang lenggang, hutan dan tanaman yang rimbun masih mendominasi sekitar daerah tersebut. Belum lagi, rumah penduduk yang tampak jarang, sering terasa lebih sepi. Mungkin dimaksudkan agar para tahanan lebih merasa terasing dengan dunia luar. Pemandu mengajak kami ke Gua Ratu. Goa ini panjangnya sekitar 4,5 km dan berujung di pantai selatan, untuk menelusuri goa ini ga bisa sembarangan karena pada kedalaman lebih dari 100 m karena akan membutuhkan tabung oksigen, katanya baru sedikit orang yang mampu menelusuri goa ini sampai ke ujung. Banyak penjual yang menjajakan kerajinan yang terbuat dari batu akik. Ternyata penjual tersebut, beberapa diantaranya merupakan mantan napi Nusakambangan. Mungkin ketika bebas, mereka tidak mempunyai tempat untuk kembali sehingga mereka memutuskan untuk tetap berada di Nusakambangan dan mencari nafkah dengan berjualan. Setelah beberapa saat berada di Gua Ratu. Kemudian pemandu mengajak kami ke pantai Nusakambangan. Di tempat inilah, saya merasakan keindahan yang luar biasa. Deburan ombak yang begitu kencang, dikombinasikan dengan batu karang yang kukuh berdiri, khas karakter Pantai Selatan Jawa, merupakan hal yang indah yang dipaparkan oleh Nusakambangan. Tampak dilatarbelakang kami, dibuat sebuah monumen yang berbentuk pisau komando Kopassus. Disampaikan oleh pemandu, bahwa monumen pisau komando tersebut dibuat karena di area tersebut memang sering digunakan oleh pasukan Kopassus untuk berlatih. Ingin rasanya bermain air disitu, namun karena dilarang oleh ibu dosen akhirnya yang kami lakukan hanyanya berjalan sejenak menyusuri pantai dan berfoto disela karang. Bentuk batu karang yang indah, pantai pasir putih dan riak air kecil yang menghempas pantai, merupakan hal indah yang saya temui. Berasa seperti berada pada gambar National Geographic. Tentunya bagi saya baru saja bergabung, memanfaatkan moment tersebut untuk mengakrabkan diri dengan 2 rekan baru saya tadi. Hingga sekarang ini, pertemanan saya dengan salah satu rekan penelitian saya masih terjalin baik. Sungguh menyenangkan sekali. Setelah beberapa saat beristirahat, kita kembali ke Pelabuhan Nusakambangan. Kembali menaiki kapal ferry untuk berlayar menuju Pelabuhan Cilacap. Meninggalkan pantai Nusakambangan yang akan selalu saya kenang sebagai tempat indah.
# Cerita ini diikutsertakan pada Setiap Tempat Punya Cerita